Happy Reading Starbucks Strawberries & Crème Frappuccino

Rabu, 06 Mei 2020

INTERNET ADDICTION : Faktor Etiologi (Penyebab), Dampak, Contoh Kasus serta Tindakan Preventif serta Intervensi pada Kasus Internet Addiction


 “INTERNET ADDICTION”
Short-term and Long-term Effects of Internet Addiction | Internet ...
Oleh: Salsabila Fristia
NPM: 16518482

Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Tahun Akademik 2018/2019

Perkembangan teknologi pada saat ini sudah semakin canggih. Hal ini dapat dilihat dari munculnya beberapa alat komunikasi dan teknologi yang memudahkan seseorang dalam melakukan berbagai hal. Salah satu teknologi yang sangat berkembang saat ini adalah teknologi internet. Internet tidak hanya digunakan sebagai alat pengirim data, namun ada berbagai manfaat lain yang dapat diperoleh. Dampak positif lain dari penggunaan internet adalah memperluas jaringan pertemanan melalui jejaring sosial (Andari, 2010). Aplikasi ini membantu menjalin relasi atau hubungan dengan lebih mudah, meskipun dengan jarak yang cukup jauh. Selain itu, informasi mengenai perkembangan di wilayah nasional dan internasional juga dapat diperoleh, serta fakta dan opini yang dibutuhkan untuk menunjang pendidikan dan pekerjaan.
Sekarang lebih dari jutaan manusia di seluruh Indonesia telah menggunakan internet. Internet menjadi suatu kegemaran tersendiri dalam mencari informasi terbaru dan menjalin hubungan dengan orang ain di beda tempat (Dyah, 2009). Hal ini didasarkan pada presentase jumlah pengguna internet dibeberapa negara pada tahun 2012 seperti: China 22,4%, Amerika Serikat 78,1%, India 11,4%, Jepang 79,5%, Jerman 83%, Indonesia 22,1% dan Inggris 83,6% , Kristo (2013). Data terakhir yang di keluarkan APJII (Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia) menyebutkan pengguna internet di Indonesia sebesar 171,17 juta jiwa pada tahun 2018.
Semakin banyaknya jumlah penggunaan internet di Indonesia membawa kepada konsekuensi meningkatnya kecanduan terhadap internet atau yang dikenal dengan istilah internet addiction. Internet addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya. Internet Addiction sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol dan judi akan mengakibatkan kegagalan akademis, menurunkan kinerja, perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. (Young, 1996b:20). Individu yang dapat dikategorikan kecanduan internet adalah individu yang menghabiskan lebih dari 7 jam dalam satu hari untuk mengakses internet, itu berarti bahwa waktu mengakses internet sama atau bahkan lebih dari jam tidur individu dalam satu hari (Hasanuddin, 2014), Widiana, Retnowati dan Hidayat (2004) juga menyebutkan seorang pecandu internet akan menghabiskan waktu berjam-jam bahkan secara ekstrem berhari-hari berada di depan komputer untuk online.
Beberapa peneliti telah melakukan analisis untuk mengetahui berbagai macam penyebab seseorang mengalami kecanduan internet. Menurut Sheperd dan Edelmaan (Razieh, Ali, Zaman, & Narjesskhatoon, 2012) penderita kecemasan sosial juga memiliki waktu yang lebih mudah untuk berkomunikasi melalui internet terutama chatting, karena mereka tidak memiliki keterampilan sosial untuk berinteraksi dengan lingkungannya di dunia nyata. Namun, melalui aktivitas online, mereka tidak perlu melakukan tatap muka secara langsung, sehingga lebih nyaman berkomunikasi dengan teman-teman di dunia maya. Penderita mencoba mengatasi kecemasan yang dimilikinya dengan melarikan diri dan mencoba mengganti pikiran dengan hiburan yang ada di internet. Hal inilah yang kemudian membuat aktivitas chatting menjadi menyenangkan.
Faktor yang menyebabkan kecanduan internet lainnya adalah adaptasi sosial yang buruk. Mustafa KOC (2011) melakukan sebuah penelitian dengan menggunakan mahasiswa Turki sebagai subjek penelitian. Mahasiswa Turki memiliki kemampuan adaptasi sosial yang kurang. Kurangnya adaptasi sosial ini disebabkan kehidupan mereka yang jauh dari orang tua. Hal ini menuntut mereka untuk memiliki kemampuan adaptasi sosial yang lebih baik sehingga memudahkan untuk berinterkasi dengan lingkungan sekitar. Namun, adaptasi sosial yang buruk membuat pengguna internet mudah mengalami kecanduan. Selain itu, beberapa faktor lain yang menyebabkan kecanduan internet lainnya (Widiana, Retnowati, & Hidayat, 2004) adalah interaksi antara pengguna internet, ketersediaan fasilitas, kurangnya pengawasan, motivasi pengguna internet dan kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecanduan internet menurut Montag dan Reuter (2015), yaitu:
a. Faktor Sosial : Kesulitan dalam melakukan komunikasi interpersonal atau individu yang mengalami permasalahan sosial dapat menyebabkan penggunaan internet yang berlebihan. Hal tersebut disebabkan individu merasa kesulitan dalam melakukan komunikasi dalam situasi face to face, sehingga individu akan lebih memilih menggunakan internet untuk melakukan komunikasi karena dianggap lebih aman dan lebih mudah daripada dilakukan secara face to face. Rendahnya kemampuan komunikasi dapat juga menyebabkan rendahnya harga diri, mengisolasi diri menyebabkan permasalahan dalam hidup seperti kecanduan terhadap internet (Reuter, 2015).
b. Faktor Psikologis:  Kecanduan internet dapat disebabkan karena individu mengalami permasalahan psikologis seperti depresi, kecemasan, obsesive compulsive disorder (OCD), penyalahgunaan obat-obat terlarang dan beberapa sindroma yang berkaitan dengan gangguan psikologis. Gangguan tersebut memicu individu untuk melarikan diri dari masalah, menerima hiburan menjadi rasa senang dari penggunaan internet. Pelarian diri ini menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan menyebabkan kecanduan (Reuter, 2015).
c. Faktor Biologis : Penelitian yang dilakukan oleh Montag & Reuter (2015) dengan menggunakan functional magnetic resonance image (fMRI) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara individu yang mengalami kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang mengalami kecanduan internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh lebih lambat, kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan kepribadian depresif.
Selain faktor-faktor yang dikemukakan oleh Montag dan Reuter (2015) dan para peneliti lainnya,  terdapat faktor lain yang menjadi penyebab atau mempengaruhi kecanduan internet (Internet Addiction) yang dikemukakan oleh  Young (2010), sebagai berikut :
a. Gender, Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu tersebut mengalami kecanduan internet. Laki-laki lebih sering mengalami kecanduan terhadap game online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami kecanduan terhadap chatting dan berbelanja secara online.
b. Kondisi psikologis, Survei di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami kecanduan internet juga mengalami kecanduan pada hal lain seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok dan seks. Kecanduan internet juga timbul akibat masalah-masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress. Berdasarkan hasil survei ini juga diperoleh bahwa 75% individu yang mengalami kecanduan internet disebabkan adanya masalah dalam hubungannya dengan orang lain, kemudian individu tersebut mulai menggunakan aplikasi-aplikasi online yang bersifat interaktif seperti chat room dan game online sebagai cara untuk membentuk hubungan baru dan lebih percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain melalui internet.
c. Kondisi sosial ekonomi, Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kecanduan internet dibandingkan dengan individu yang belum bekerja. Hal ini didukung bahwa individu yang telah bekerja memiliki fasilitas internet di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan individu tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga dirumahnya.
 d. Tujuan dan waktu penggunaan internet, Tujuan menggunakan internet akan menentukan sejauhmana individu tersebut akan mengalami kecanduan internet, terutama dikaitkan terhadap banyaknya waktu yang dihabiskannya sendirian di depan komputer. Individu yang menggunakan internet untuk tujuan pendidikan, misalnya pada pelajar dan mahasiswa akan lebih banyak menghabiskan waktunya menggunakan internet. Umumnya, individu yang menggunakan internet untuk tujuan pendidikan mengalami kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kecanduan internet. Hal ini diakibatkan tujuan penggunaan internet bukan digunakan sebagai upaya untuk mengatasi atau melarikan diri dari masalah- masalah yang dihadapinya di kehidupan nyata atau sekedar hiburan.
Penggunaan Internet yang berkepanjangan dan berlebihan akan berdampak pada penggunanya. Young dan Rodgers (1998) mengemukakan dampak negatif dari internet membuat seseorang menjadi malas untuk berkomunikasi di dunia nyata karena merasa lebih menyenangkan untuk berkomunikasi dengan teman online sehingga mengakibatkan kurangnya rasa empati terhadap lingkungan sekitar. Penderita mencoba mengatasi kecemasan yang dimilikinya dengan melarikan diri dari dunia nyata ke dunia maya akibatnya ketika harus berkomunikasi dengan orang lain di dunia nyata suasana menjadi kaku sehingga kemungkinan untuk menjalin kerja sama pun menjadi semakin kecil. Penggunaan internet mungkin bermanfaat ketika berada dalam tingkat yang normal, namun penggunaan internet tingkat tinggi dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seperti penurunan psikososial, hubungan dan mengabaikan tanggung jawab akademik dan pekerjaan (Koc, 2011).
Penggunaan internet secara ekstrim juga dapat menurunkan kesehatan mental (Hasanzadeh, Beydokhti dan Zadeh, 2012). Para peneliti menemukan bahwa seseorang mengalami penggunaan ekstrim dan patologis dari internet dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki pengalaman seperti itu menunjukkan lebih banyak masalah patologi dan mental. Bahkan, ada hubungan antara peningkatan kerja dengan pengalaman internet dan penurunan tingkat kesehatan mental. Para peneliti memahami bahwa seseorang dengan kecanduan internet menderita kerentanan yang tinggi dan kesehatan yang rendah. Hal ini disebabkan karena kecanduan internet menyebabkan masalah interpersonal, keluarga, persahabatan, dan ketidak-pedulian hubungan sosial.
            Lebih jelasnya, dampak internet addiction dapat diklarifikasikan menjadi lima kategori, yaitu akademik, hubungan interpersonal, finansial, pekerjaan, dan fisik (Young, 1996) : a) Akademik, pelajar menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas, belajar untuk menghadapi ujian, dan kurang tidur akibat penggunaan internet yang berlebihan di malam hari. Selain itu, penggunaan internet berlebihan pada pelajar menyebabkan menurunnya prestasi bahkan dikeluarkan dari sekolah. b) Hubungan interpersonal seperti pemikiran, hubungan orang tua dengan anak, dan hubungan yang sangat dekat juga dapat terganggu akibat penggunaan internet berlebihan. Seseorang dengan internet addiction secara bertahap akan mengurangi untuk bersosialisasi di dunia nyata. Pada ibu rumah tangga dijumpai kelalaian dalam menjaga anaknya.  c) Finansial, masalah finansial dijumpai akibat biaya penggunaan internet yang berlebihan tetapi sekarang dengan adanya penurunan taraf online menyebabkan pengguna dapat bebas menggunakan internet tanpa harus memikirkan biaya yang dikeluarkan. d) Pekerjaan, pekerja cenderung menggunakan jasa internet perusahaan untuk mengakses kebutuhan pribadi pada saat jam kerja. Hal ini menyebabkan para pekerja tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. e) Fisik, pengguna internet cenderung menjadi kurang tidur sehingga menyebabkan keletihan yang berlebihan dan menurunkan imun pengguna internet. Penggunaan internet berlebihan juga meningkatkan risiko terjadinya keletihan mata, nyeri pinggang, dan carpal tunnel syndrome.
            Kecanduan internet atau internet addiction dipicu oleh beberapa jenis fasilitas yang ada di internet. Menurut Davis (2001),  Beberapa fasilitas tersebut antara lain onlinesex, online games, online casino (perjudian), online stock trading (bursa efek), dan online auctions (lelang). Young (1996), membagi kecanduan internet  ke dalam lima kategori, yaitu: a. Cybersexual addiction, yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situssitus porno atau cybersex secara kompulsif b. Cyberrelationship addiction, yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber. c. Net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situssitus perdagangan (cyber shopping atau day trading) atau perjudian (cyber casino). d. Information overload, yaitu seseorang yang menelusuri situssitus informasi secara kompulsif. e. Computer addiction, yaitu seseorang yang terobsesi pada permainanpermainan online (online games) seperti misalnya Doom, Myst, Counter Strike, Ragnarok dan lain sebagainya.
            Kasus  internet addiction yang akan saya angkat adalah computer addiction, dimana seseorang memiliki kecanduan pada game. Di Beijing - Gamer di China sepertinya cukup banyak yang benar-benar kecanduan. Setelah kejadian gamer wanita di sana mengalami kebutaan, kini terjadi lagi peristiwa serupa. Seorang pemuda harus mengalami stroke dan kelumpuhan lantaran bermain game tiga hari non stop! Kejadian tersebut menimpa mahasiswa berusia 21 tahun bernama Xiao Xie asal Changsha, China. Di usia mudanya tersebut, ia sudah harus mengalami penyakit serius. Seperti dikutip detik INET dari Worldof Buzz Rabu (11/10/2017), diceritakan Xie bersama teman-temannya membuat kesepakatan main game secara maraton di sebuah warnet selama 72 jam. Selama itu, mereka sama sekali tidak meninggalkan warnet tersebut. Setelah masuk tiga hari, Xie mendadak menjadi pendiam dan mulai muntah-muntah. Dia akhirnya pingsan di depan komputer dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh teman-temannya. Di rumah sakit, Xie tetap pingsan dengan kondisi bagian tubuh kanan lumpuh. Dari kejadian ini, dokter mengatakan stroke tidak hanya menyerang orang tua. Dengan berjam-jam duduk dan kurang makan serta konsumsi air, bisa juga menimbulkan penyakit berbahaya itu.  Dokter juga mengatakan bahwa menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer, berarti mereka tidak punya waktu untuk menikmati aktivitas di luar ruangan, dimana aktivitas yang dilakukan di luar ruangan  sangat penting untuk sirkulasi darah.
            Kasus kecanduan game online tersebut terjadi pada remaja. Remaja dianggap lebih sering dan lebih rentan terhadap kecanduan game online daripada orang dewasa. Masa remaja yang berada pada periode ketidakstabilan, cenderung lebih mudah terjerumus terhadap percobaan hal-hal baru (Jordan & Andersen, 2016). Masa remaja juga lekat dengan stereotype periode bermasalah (Hurlock, 2010), yang memungkinkan percobaan terhadap hal baru tersebut berisiko menjadi perilaku bermasalah. Akibatnya, remaja yang kecanduan game online cenderung kurang tertarik terhadap kegiatan lain, merasa gelisah saat tidak dapat bermain game online (Jannah, Mudjiran, & Nirwana, 2015). Kecanduan game online dapat memberikan dampak negatif atau bahaya bagi remaja yang mengalaminya. dalam contoh kasus diatas dampak yang muncul akibat kecanduan game online adalah dalam aspek kesehatan. Kecanduan game online mengakibatkan kesehatan remaja menurun. Remaja yang kecanduan game online memiliki daya tahan tubuh yang lemah akibat kurangnya aktivitas fisik, kurang waktu tidur, dan sering terlambat makan sehingga sangat memungkinkan untuk terjadinya masalah kesehatan lainnya, seperti mengalami stroke ataupun kelumpuhan.
            Adapun upaya pencegahan untuk game online, dengan adanya kegiatan lain yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian remaja dari keterlibatan yang berlebihan pada game online. Salah satunya dengan melakukan hobi atau ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga. Hal ini  dapat membuat remaja tidak terlalu fokus pada game online dan dapat mengurangi tingkat bermain serta pada akhirnya mengurangi tingkat kecanduan game online. Selain itu individu sebagai pemain game online harus aktif dalam memastikan dirinya agar terhindar dari kecanduan game online, misalnya, dengan membaca artikel surat kabar atau menonton berita TV tentang topik tersebut. Selain itu, dibutuhkan juga dorongan dari lingkaran sosial agar upaya ini dapat berjalan dengan baik. Sekolah sebagai sarana pendidikan dapat memberikan bantuan dari upaya tersebut. Sekolah dapat melakukan intervensi dengan mempromosikan perilaku positif sebagai bentuk pencegahan kecanduan game online. Remaja yang masih dalam usia sekolah bisa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang baik di sekolah. Upaya yang dilakukan sekolah untuk mencegah perilaku kecanduan merupakan upaya yang efektif dan efisien.
            Selain peran sekolah dalam upaya mencegah perilaku kecanduan, orangtua memiliki peran penting dalam pencegahan perilaku kecanduan game online dengan upaya memperhatikan anaknya. Studi yang dilakukan (van Den Eijnden, Spijkerman, Vermulst, van Rooij, & Engels, 2010) memberikan bukti bahwa komunikasi orang tua tentang penggunaan internet merupakan cara yang efektif untuk mencegah kecanduan internet. Hal ini bisa menjadi indikasi bagaimana perlunya jalinan komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya. selain itu, Orang tua harus berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam memberikan akses terhadap berbagai produk teknologi. Para orang tua harus lebih mengawasi anak-anaknya dalam bermain game online karena bisa berpotensi membuat anak-anak menjadi kecanduan bermain game online. Pemantauan orang tua dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik dengan anak, menempatkan berbagai produk teknologi di tempat yang mudah diamati, mengetahui keberadaan anak, menunjukkan perhatian terhadap kegiatan sekolah anak, dll. Hal tersebut dapat mengurangi waktu anak dalam bermain game online dan mencegah tingkat kecanduan game online yang lebih parah.
Adapun dari kasus diatas, sebaiknya Xie dan para pemain game online lainnya membatasi waktu untuk bermain game online dengan tidak memforsir durasi bermain game. Dengan durasi bermain game cukup  2 – 4 jam sehari. Jika memang sudah waktunya tidur, diusahakan untuk tidur, tidur selama 7-8 jam untuk menghindari resiko kesehatan. Jangan sampai bermain game online hingga berjam-jam bahkan berhari-hari tanpa tidur sama sekali. Jika sudah menentukan jadwal bermain, beritahu teman-teman yang lain. Walaupun pada awalnya teman-teman yang lain mengira kalau Xie kurang asik karena menolak ajakan temannya, namun lama kelamaan mereka akan terbiasa dengan aturan Xie dan tidak memaksakan bermain di waktu tertentu seperti di waktu tidur. Tanamkan mindset bahwa menolak ajakan teman bukan berati kehilangan waktu main dengan mereka untuk selamanya. Selain itu, jika bermain game membuat Xie dan pemain game online lainnya merasakan pusing, atau gejala-gejala tubuh yang tidak mengenakan seperti pegal, capek, lemas dan sebagainya diharapkan untuk berhenti. Pada intinya kita harus mengetahui batasan ketahanan tubuh terhadap reaksi bermain game. Sayangi tubuh kita, jangan karena game hingga melupakan kebutuhan dasar kita sebagai manusia, yaitu minum yang cukup serta makan makanan bergizi. Serta jangan lupa melakukan aktivitas lain yang lebih bermanfaat dibandingkan bermain game online berjam-jam. Xie dan para pemain game online lainnya dapat mengembangkan potensi diri yang ada diwaktu-waktu luang, seperti melakukan hobi, dan belajar suatu hal yang baru.
Perkembangan teknologi pada era digital ini tidak dapat dipungkiri sangat pesat adanya. Salah satu produk perkembangan teknologi yang saat tak dapat dipisahkan dari kehidupan modern ini adalah internet. Semestinya fasilitas-fasilitas yang ada di internet dimanfaatkan untuk hiburan tetapi yang terjadi internet dimainkan secara berlebihan, digunakan sebagai tempat untuk melarikan diri dari realitas kehidupan sehingga yang terjadi adalah kecanduan internet, salah satunya kecanduan game online sebagai bentuk dari fasilitas yang ada di internet. Hal ini akan berakibat buruk terhadap berbagai aspek kehidupan. Untuk itu, internet sebagai bentuk dari perkembangan teknologi perlu disikapi dengan bijak supaya tidak berdampak buruk.


Sumber Rujukan :
Andari, S. (2010). Ketertarikan Remaja terhadap Jejaring Sosial melalui Internet. Media Info: Litkersos, 34(2), 113-123
Davis, R. A. 2001. What Is Internet Addiction? http://www.victoriapoint.conv/ internetaddiction/internet addiction.htm
Dyah, R. (2009). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. (Skripsi Tidak Dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Hasanuddin. (2014). alvara-strategic.com. di ambil dari http://alvara-strategic.com
Hurlock, E. B. (2010). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti) (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
Jannah, N., Mudjiran, M., & Nirwana, H. (2015). Hubungan kecanduan game dengan motivasi belajar siswa dan implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling. Konselor, 4(4), 200–207. doi: 10.24036/02015446473-0-00
Jordan, C. J., & Andersen, S. L. (2016). Sensitive periods of substance abuse: Early risk for the transition to dependence. Developmental Cognitive Neuroscience, 25(10), 29–44. doi: 10.1016/j.dcn.2016.10.004
Kristo, F, Yuroi. (2013). Di ambil dari http://inet.detik.com
Van Den Eijnden, R. J. J. M., Spijkerman, R., Vermulst, A. A., van Rooij, T. J., & Engels, R. C. M. E. (2010). Compulsive internet use among adolescents: Bidirectional parent-child relationships. Journal of Abnormal Child Psychology, 38(1), 77–89. doi: 10.1007/s10802- 009-9347-8
Widiana, H. S., Retnowati, S., & Hidayat, R. (2004). Kontrol Diri Dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Humanitas: Indonesian Psychologycal Journal , 01(01), 6-16.
Young, K. S. (2010). Internet addivtion: a handbook and guide to evaluation and treatment. Canada: John Wiley & Sons, Inc
Young, K. S. (1999). Internet Addiction: Symptoms, Evaluation, and Treatment. Innovations in Clinical Practice. Vol. 17. Sarasota, Florida: Professional Resource Press.
Young, K.S. (1996). Internet addiction: the emergence of a newclinical disorder.Paper presented at the 104th annual meeting of the American Psychological Association, August 11, 1996. Toronto. http:// netaddiction.com/
Young and Robert. 1988. The Relationship Between Depression and Internet Addiction. Paper published in Cyber Psychology & Behavior




0 komentar:

Posting Komentar